Pemetaan, Partisipasi dan Warga yang Berdaya

Program Unggah Unduh Kota kembali dilaksanakan pada hari Jumat 27 Juli 2018 di Ruang Comdev Gedung P4W LPPM Kampus IPB Baranangsiang. Di edisi ke 6 kali ini pemantik diskusi adalah Abdul Jalil yang bertahun-tahun bergiat sebagai community organizer di beberapa lembaga seperti Urban Poor Consortium dan sekarang aktif di Arkom Jogja. Sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan saat bergiat di lembaga-lembaga tersebut maka Abdul Jalil atau biasa akrab dipanggil dengan Mas Jalil membawakan tema tentang Community Mapping.

Seperti juga pengalaman selama bertahun-tahun mengenal sosok Mas Jalil yang selalu menempatkan diri sebagai teman diskusi, begitupun apa yang berlangsung pada Unggah Unduh Kota Edisi 6. Mas Jalil yang didapuk sebagai pembicara tidak langsung memulai dengan presentasinya tetapi mengajak seluruh peserta diskusi yang hadir untuk turut mengungkapkan alasan datang ke acara dan apa yang diharap untuk didapat dari pertemuan hari itu. Dengan sedikit pancingan bahkan diskusi berlanjut pada persoalan mendalam tentang apa yang selama ini kita maknai sebagai proses partisipatoris. Presentasi mengenai pemetaan yang menjadi tema inti justru diberikan saat seluruh peserta yang hadir larut melebur dalam perbincangan, sekat batas antara peserta dan pemateri pun luruh.

Pemetaan sebagai salah satu komponen penting perencanaan terintegrasi dapat menjadi sebuah penghubung dan menciptakan kesempatan ekonomi dari beragam praktik keseharian sosial dan budaya. Pemetaan erat sekali kaitannya dengan proses pengembangan komunitas, tak heran maka proyek-proyek transformasi sosial selalu memulai dari kegiatan pemetaan. Di situ warga bisa mulai mengidentifikasi masalah serta potensi, membentuk kelompok lalu membangun kesadaran untuk mengatasi masalah komunal bersama-sama.

Pada presentasinya Mas Jalil mengangkat studi kasus kelompok Kali Jawi yaitu jaringan komunitas warga yang menempati pemukiman informal di pinggiran Kali Winongo dan Gajah Wong yang didampingi cukup intens oleh Arkom Jogja. Paguyuban Kali Jawi merupakan organisasi sosial yang diprakarsai oleh ibu-ibu rumah tangga yang berada di pinggiran Kali Gajah Wong dan Kali WInongo pada tahun 2012. Paguyuban ini didirikan karena adanya persoalan di wilayah pemukiman bantaran sungai, seperti masalah tanah, sanitasi, ekonomi, kesehatan dan sampah. Paguyuban diharapkan mampu membuat perubahan yang lebih baik bagi anggotanya dalam memenuhi hak dasarnya.

Dalam Proses pendampingan jaringan Kali Jawi, kegiatan pemetaan menjadi tulang punggung untuk pembentukan kelompok. Pemetaan menjadi kegiatan untuk menemu kenali lingkungan tinggal masyarakat dan menjadi data dasar bagi proses-proses perencanaan selanjutnya. Yang menarik aktor yang didekati dan menjadi agen perubahan dalam kasus Kali Jawi adalah justru ibu-ibu yang selama itu banyak mengerjakan kerja-kerja domestik justru memiliki sensitifitas lebih dalam menyorot persoalan-persoalan di lingkungannya. Sampai saat ini Paguyuban Kali Jawi memiliki 17 kelompok tabungan renovasi rumah, 3 kelompok tabungan fasilitas umum di 12 kampung informal.

Meskipun pemetaan dapat menyediakan informasi baseline dan membuka pintu untuk memahami realitas yang terjadi pada suatu situs atau kawasan, namun tetap tidak akan sempurna tanpa partisipasi komunitas dalam proses pemetaan, diskusi dan bagaimana mereka menghadirkan negosiasi antar para aktor dalam hubungannya dengan tempat mereka tinggal.

Catatan oleh Reza Adhiatma