Desember menuju ke penghujung. Tahun siap berganti. Entah mengapa kami tergerak untuk mencatat apa-apa yang telah dicapai di tahun ini pun sebagai pengingat hutang yang mesti dilunasi di tahun yang akan datang, layaknya banyak orang di belahan dunia yang menggunakan momen-momen ini untuk berefleksi.
Tahun 2017, program Melek Bogor yang telah dimulai sejak pertengahan 2015 resmi selesai. Alih-alih berakhir, program ini justru menginspirasi hal-hal dan kegiatan baru yang ingin diwujudkan selanjutnya. Sebagai kegiatan pamungkas dari program Melek Bogor, di bulan April lalu kami merayakannya dengan menggelar pesta kampung kecil-kecilan di Pulo Geulis, setelah hampir setahun bergiat di sana. Pesta kampung yang kami namakan DalamxLuar Pulo Geulis itu disambut antusias oleh warga. Pak RW memastikan setiap RT di wilayahnya mengirimkan perwakilan untuk unjuk kebolehan pada acara tersebut. Bahkan saat-saat persiapan di hari penyelenggaraan, kami disiapkan makan siang yang cukup mewah oleh warga, belum lagi sumbangan bandrek dari Pak Bram untuk menghangatkan diri di malamnya. Pada kesempatan itu kami merilis photographic booklet dengan judul yang sama yaitu DalamxLuar juga film dokumenter Simbiosis. Harapannya kedua produk akhir tersebut dapat menjadi jendela dengan perspektif baru untuk memandang kehidupan keseharian di kampung kota.
Setelah riuh rendah keceriaan pesta kampung DalamxLuar Pulo Geulis usai, kami mengevaluasi keseluruhan jalannya program Melek Bogor, kesempatan itu juga digunakan untuk merestrukturisasi program reguler. Hasilnya, terwujudlah dua platform program baru yang juga berbentuk website, Cerita Kota (ceritakota.kampoengbogor.org) dan Kerja Gambar (kerjagambar.kampoengbogor.org). Cerita Kota akan menjadi ruang diskursus dan kolaboratif bagi warga yang ingin berbagi tulisan tentang kota, sedangkan Kerja Gambar dimaksudkan sebagai media display untuk riset-riset kami yang menggunakan media foto dan video dalam representasi isu. Kedua platform program tersebut juga dirasa akan mendukung kerja-kerja lainnya di tahun depan.
Akhir Oktober kami memperkenalkan ke publik riset terbaru yang diberi judul Angkot! Kiri! riset yang rencananya akan berjalan selama setahun ke depan itu akan berangkat untuk melihat realitas di balik ungkapan “kota sejuta angkot”. Dengan pendekatan multidisiplin, riset ini ditargetkan untuk menghasilkan publikasi dalam bentuk buku dan film dokumenter serupa dengan apa yang telah dilakukan di Pulo Geulis.
Berkait perihal yang menarik untuk dicermati di tahun 2018 seturut perhatian, kebetulan sesuai dengan isu yang kurang lebih kami singgung di tahun ini yaitu transportasi dan kampung kota. Kedua isu tersebut beririsan dengan kegiatan banyak kawan-kawan organisasi lain juga Pemerintah Kota. Soal kampung kota dapat kita lihat bagaimana mulai semaraknya kegiatan di Katulampa dan Pulo Geulis misalnya, kedepan program-program mengenai kampung kota akan terus diuji ketahanan dan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat lokal tempatan. Dalam isu transportasi rencana Pemerintah Kota tentang rerouting dan konversi angkot menjadi bis patut ditunggu berhasil atau tidaknya untuk diimplementasikan.
Terakhir, tampaknya hari ini perlu mulai mempertimbangkan untuk terus mendekati praktik seni dalam mengemas persoalan-persoalan budaya perkotaan, selain karena seni menjadikan persoalan lebih lentur, ia juga bisa menjadi tampilan yang segar untuk dikonsumsi oleh warga. Mungkin pendidikan soal seni ini penting juga untuk diberikan kepada para kontestan yang akan maju memperebutkan kursi walikota dan wakil tahun depan-yang kampanyenya mulai menyesaki ruang kota dengan sampah-sampah visual-agar perihal etis dan estetis dapat menjadi perhatian mereka.
Selamat tahun baru, selamat memasuki tahun politik 2018!