Temu Mitra Kota Kampoeng Bogor

Temu Mitra Kota Kampoeng Bogor diadakan pada hari Jum’at 22 April 2016. Acara Temu Mitra tersebut dihadiri kurang lebih 10 orang perwakilan warga dan komunitas. Diskusi yang dimulai tepat pukul 14.00 membicarakan kemungkinan kolaborasi maupun menjaring masukan untuk memperkaya kegiatan Melek Bogor yang telah dimulai aktif di awal tahun 2016 dengan kegiatan awal pemetaan di 3 kelurahan di kawasan Surya Kancana.

Temu Mitra dimulai dengan pemaparan Koordinator Kampoeng Bogor Reza Adhiatma tentang temuan-temuan pada saat turun lapang pemetaan di kawasan Surya Kancana. Beberapa fakta-fakta tentang kegiatan pelestarian dan hubungannya dengan keterlibatan warga pun diungkapkan. Misalnya ada fakta bahwa praktik-praktik pelestarian yang terjadi selama ini justru malah mengeksklusi warga jauh dari memberdayakan. Reza juga mengungkapkan perlunya untuk terus menggagas ruang-ruang pertemuan untuk melengkapi pengetahuan tentang pusaka kota.

Florentina Indah warga Malang yang sedang menjalankan studi pasca sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap IPB mengungkapkan awalnya Ia risih dengan segala keruwetan yang ada di Kota Bogor namun seiring jalan Ia pun mulai terbiasa dan malah menyukai tinggal di Bogor karena Ia merasa Bogor dan Malang memiliki banyak kesamaan. Maka itu Florentina Indah memilih untuk mengkaji soal pengelolaan ruang terbuka publik di kawasan pusaka Kota Bogor.

Pak Zulfikar yang sudah lama menjadi pemerhati kota dan sekarang memiliki hubungan baik dengan Bima Arya (Walikota Bogor) menyambut baik inisiatif Kampoeng Bogor dalam program Melek Bogor. “Untuk membuat warga mencintai kotanya penting untuk dibuat ‘melek’ pada keadaan sekitarnya, di situlah teman-teman komunitas dapat banyak berperan.” Lebih lanjut Pak Zulfikar mengusulkan agar dari pertemuan mitra tersebut dapat dihasilkan gagasan-gagasan aksi untuk kedepannya. Beberapa usulan dari Pak Zulfikar misalnya adalah;

  1. Dorong komunitas untuk dapat mengelola ruang pada bangunan pusaka tetapi harus juga memiliki rencana bisnis agar pengelolaannya berkelanjutan dan dapat menjadi embrio model pengelolaan bangunan pusaka.
  2. Membangunan saluran komunikasi untuk warga Bogor seperti sms gateway karena rasanya lebih bisa terjangkau oleh semua pihak dibandingkan komunikasi melalui internet.

Selain itu pertemuan juga membahas soal ruang-ruang dimana bisa mempertemukan warga untuk sekedar berdiskusi atau berkolaborasi untuk peningkatan pengetahuan. Salah satu pengetahuan yang penting untuk bisa diakses oleh warga adalah pengetahuan tentang perencanaan tata ruang kota, sehingga warga menjadi lebih perhatian terhadap rencana-rencana yang akan dilakukan terhadap kawasan tempat tinggalnya. Diskusi Temu Mitra Kota berlangsung selama 3 jam sejak pukul 14.00 dan baru berakhir di pukul 17.00 para peserta diskusi berharap dari diskusi ini dapat menjadi cikal bakal platform untuk temu warga atau dapat juga mewujud menjadi aksi bersama.